Hipertiroid pada ibu hamil adalah kondisi yang perlu diwaspadai. Pasalnya, kondisi ini dapat memicu gangguan kesehatan pada ibu hamil maupun janin yang sedang berkembang. Maka dari itu, penting bagi bunda untuk mengetahui apa saja gejala dan risiko dari penyakit ini.
Hipertiroid dapat menyerang siapa saja, tanpa terkecuali ibu hamil. Kondisi ini terjadi saat kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan. Kelenjar tiroid sendiri adalah kelenjar berbentuk seperti kupu-kupu yang berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid, yaitu hormon yang memiliki peran penting dalam mengatur metabolisme tubuh.
Hormon tiroid juga berperan dalam menjaga suhu tubuh agar tetap stabil serta menunjang kinerja organ tubuh, seperti otot, jantung dan otak. Pada beberapa kondisi, hipertiroid selama kehamilan juga sering dikaitkan dengan mual muntah yang parah (hiperemesis gravidarum).
Penyebab hipertiroid pada ibu hamil
Hipertiroid pada ibu hamil disebabkan oleh penyakit autoimun, yaitu penyakit Graves atau Graves’ Disease. Penyakit ini menyebabkan penderitanya memiliki kekebalan tubuh yang menghasilkan antibodi khusus bernama thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI). TSI menempel pada sel tiroid yang menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon.Pada dasarnya, penyakit Graves sendiri adalah kondisi yang jarang terjadi. Penyakit tersebut hanya ditemukan atau memengaruhi 2 dari 1.000 kehamilan. Sebenarnya, kelenjar tiroid dapat menjadi terlalu aktif selama hamil ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon hCG (human chorionic gonadotropin).
Pada awal kehamilan, tubuh memang memproduksi hormon hCG. Tetapi, kadar hormon ini akan meningkat pesat di trimester pertama kehamilan. Saat hormon ini terlalu tinggi, kelenjar tiroid bisa diserang sehingga memicu gangguan pada kelenjar tersebut. Hal inilah yang meningkatkan risiko hipertiroid pada ibu hamil.
Gejala hipertiroid pada ibu hamil
Gejala yang menandakan ibu hamil mengalami hipertioid bisa berbeda-beda. Tetapi, ada beberapa gejala umum yang bisa muncul, diantaranya:• Mengalami penurunan berat badan secara drastis dan tidak mengalami peningkatan berat badan selama hamil.
• Sering merasa tidak nyaman.
• Perubahan suasana hati secara mendadak (mood swing).
• Mudah merasa lelah.
• Kelelahan otot.
• Tangan mudah bergetar (tremor).
• Detak jantung meningkat.
• Sering kepanasan.
• Demam.
• Sulit tidur.
• Pembengkakan di area leher.
Faktor risiko hipertiroid pada ibu hamil
Beberapa gangguan hipertiroid pada kehamilan dan risikonya pada anak setelah lahir adalah:• Tekanan darah tinggi (hipertensi) selama masa kehamilan.
• Kehamilan kembar atau mengandung lebih dari satu bayi.
• Keguguran spontan.
• Kelahiran prematur.
• Kematian janin dalam kandungan (IUFD).
• Pertumbuhan janin terhambat.
• Cacat lahir.
• Berat badan lahir rendah (BBLR).
• Gangguan hormon tiroid pada anak.
Meskipun terdapat beberapa kemungkinan gangguan pada kehamilan, hipertiroid bukan suatu halangan untuk melahirkan secara normal. Meski begitu, jika ada kondisi yang mengganggu persalinan normal, seperti bayi terlalu besar atau panggul sempit, dokter mungkin akan menyarankan bunda untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar.
Pengobatan hipertiroid pada ibu hamil
Jika hipertiroid yang dialami ibu hamil tergolong ringan, kemungkinan tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun pada kasus yang lebih parah, ibu hamil memerlukan obat antitiroid, yaitu propylthiouracil (PTU) dalam dosis rendah untuk trimester pertama.Setelah trimester pertama, dokter akan merekomendasikan ibu hamil untuk beralih mengonsumsi antitiroid methimazole. Jika pengobatan tidak berjalan dengan baik atau menimbulkan efek samping yang parah, dokter mungkin akan menyarankan prosedur pembedahan untuk mengangkat separuh tiroid.
Seperti yang telah disebutkan di atas, ibu hamil dengan kondisi hipertiroid masih bisa melahirkan secara normal jika tidak ada kondisi yang mengganggu. Maka dari itu, jika bunda memang memiliki riwayat hipertiroid, penting untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan guna mendapatkan penanganan yang tepat dan meminimalisir risiko yang bisa terjadi.